Pages

Senin, 20 Desember 2010

PENCEGAHAN PENYAKIT DALAM TINJAUAN ISLAM

0 komentar
 
Rasulullah bersabda: “Jagalah lima perkara sebelum datang lima perkara; muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit, dan hidup sebelum mati” (HR. Muslim)
1.Pendahuluan
Kita semua pasti sepakat bahwa salah satu karunia yang sangat berharga dalam hidup ini adalah kesehatan. Agar sehat, kita sering kali tidak merasa sayang menghabiskan uang yang tidak sedikit. Kita tiba-tiba menjadi tunduk dan patuh pada saran dan nasehat dokter atau tenaga terapi lainnya dan siap menjauhi segala larangannya karena ingin sehat. Bahkan yang lebih parah lagi, ada juga yang bersedia mengorbankan aqidah dan keimanannya demi untuk sehat.
Dapat dipastikan tidak seorangpun menginginkan sakit. Karena sakit identik dengan penderitaan, kesulitan dan keterbatasan. Namun tahukah kita, bahwa sakit adalah sunnatullah yang telah menyatu dengan kehidupan semua makhluk hidup di alam ini. Suka atau tidak, penyakit telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang nyata adanya.
Selaiknya penyakit tidak harus selalu dilihat dari sudut pandang negatif. Keberadaan penyakit memang membawa kerugian bagi si penderita, namun sebaliknya ada banyak keuntungan yang didapat dari penyakit dan penderitanya. Tidak dapat disangkal ilmu kedokteran dan juga bidang-bidang ilmu yang lain bisa jadi tidak akan semaju seperti sekarang ini jika Allah tidak menurunkan penyakit yang begitu beragam dan banyak jumlahnya.
Meskipun ada hikmah dari keberadaan penyakit, tetap saja sehat jauh lebih baik daripada sakit. Menjadi orang yang sehat tanpa ada gangguan penyakit memungkinkan seseorang untuk menjadi lebih produktif dalam bekerja, lebih banyak beribadah dan lebih berbahagia. Itulah mengapa Rasulullah menyebutkan sehat itu adalah kenikmatan. Namun sayangnya, justru nikmat sehat inilah yang paling sering dilupakan atau jarang disadari oleh kebanyakan manusia.
2. Prinsip-Prinsip Kesehatan Dalam Islam
Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, demikian disebutkan oleh Hasan Al-Banna, seorang tokoh pergerakan yang sangat fenomenal di Mesir. Untuk mengetahui integralitas dan kesempurnaan ajaran Islam, tidak bisa tidak, kita harus melibatkan hadits-hadits Rasulullah untuk melakukan eksplorasi praktek dan implementasi nilai dan ajaran Islam dalam kehidupan beliau. Sebab Nabi Muhammad adalah model dalam praktek seluruh ajaran Islam yang Allah sebut sebagai uswah hasanah (suri tauladan).
Dalam hal kesehatan, kita jumpai begitu banyak arahan di seputar masalah ini dari hadits-hadits Rasulullah. Baik yang bersifat qauliy (ucapan) ataupun fi’liy (perbuatan). Dari hadits-hadits tersebut secara ringkas dapat disimpulkan ada beberapa prinsip tentang kesehatan dalam Islam, sebagai berikut:
- Menjaga kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggal
Sabda Rasulullah, “Kebersihan adalah separuh dari keimanan”. Hadits ini menjadi dasar yang sangat kuat bahwa Islam sangat mementingkan urusan ini. Hampir tidak dijumpai agama selain Islam yang begitu detil mengatur masalah kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggal.
- Menjalani pola hidup islami
Seperti anjuran Rasulullah untuk berolahraga, makan ketika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang, tidur lebih awal dan bangun lebih pagi, dan lain-lain.
- Mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan thayyib (berkualitas)
Kita makan dan minum bukan hanya sekedar untuk memenuhi rasa lapar, oleh karenanya Islam mengarahkan agar kita selektif memilih makanan, karena tidak setiap jenis makanan atau minuman baik dan berguna untuk tubuh kita. Sabda Rasulullah, “ tidak aku jumpai tempat yang lebih buruk pada diri manusia selain perut mereka”. Allah turunkan beberapa jenis makanan dan minuman yang haram dikonsumsi disamping karena telah terbukti tidak thayyib (berkualitas) juga sebagai suatu cara Allah untuk menguji ketaatan dan ketundukan kita terhadap-NYa
- Menghindari daerah wabah
Rasulullah pernah melarang para sahabat mendekati daerah yang terjangkit wabah penyakit menular. Pada kesempatan lain Rasulullah berpesan,“Larilah (jauhilah) penyakit menular seperti kalian lari dari (serangan) singa”
- Menghindari segala yang dapat menimbulkan bahaya
“Tidak boleh membahayakan (diri) dan tidak boleh membahayakan (orang lain)”. Sabda Rasulullah ini sangat terkenal bahkan para ulama menjadikannya salah satu kaidah dalam penetapan hukum Islam.
- Menjalankan ibadah-ibadah yang diperintahkan Allah
Dalam menjalankan ibadah-ibadah tersebut, terdapat banyak hikmah dan manfaat, termasuk di dalamnya hikmah dan manfaat kesehatan. Puasa sebagai contoh, adalah suatu ibadah yang telah dibuktikan memberi manfaat kesehatan bagi orang yang melaksanakannya. Sabda Rasulullah, “puasalah, kalian pasti akan sehat”.
- Segera berobat ketika sakit
Allah menjamin setiap penyakit pasti ada obatnya, jika terserang penyakit segeralah berobat. Membiarkan penyakit tanpa pengobatan yang dapat membahayakan jiwa sangat dilarang Islam. Dalam sebuah kesempatan Rasulullah memerintahkan seorang sahabatnya untuk berobat; ”Wahai hamba Allah, berobatlah. Sesungguhnya Allah tidak menciptakan penyakit tanpa menciptakan obatnya, kecuali satu penyakit yaitu tua”.
- Berobat dengan sesuatu yang halal dan dibenarkan
Meskipun untuk alasan mencari kesembuhan, Islam mensyaratkan agar faktor kehalalan tidak diabaikan, demikian pula dengan praktek pengobatan hendaknya tidak menggunakan cara-cara yang dilarang, seperti mengarah kepada prilaku syirik dan ma’shiyat. Sebagaimana pesan Rasulullah: “ Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menciptakan penyakit melainkan dengan obatnya, karena itu hendaklah kamu berobat dan jangan berobat dengan yang haram”
Dalam melakukan pengobatan Rasulullah menganjurkan beberapa macam jenis obat yang dikenal di zaman itu seperti mengkonsumsi madu, habbatus sauda’ (jintan Hitam), kurma, air zamzam, minyak zaitun dan lain-lain. Sedangkan metode pengobatan yang direkomendasikan Rasulullah di masa beliau adalah hijamah (bekam), ruqyah dan kai (pengobatan dengan menggunakan besi panas).
- Berobat kepada ahlinya
Suatu ketika ada seorang sahabat yang terluka, Rasulullah memanggil dua orang dari suku Ammar dan bertanya siapakah di antara keduanya yang paling mengerti tentang ilmu pengobatan. Ini memberi petunjuk bahwa orang yang ahli dalam bidang pengobatanlah yang seharusnya dijadikan rujukan dalam penanganan suatu penyakit. Bahkan secara jelas Rasulullah mengancam orang yang berani melakukan praktek pengobatan sementara ia tidak memiliki pengetahuan tentang bidang tersebut.
3. Imunisasi sebagai cara pencegahan penyakit
Jika diperhatikan, dari sekian banyak prinsip-prinsip kesehatan Islam diatas. Kita akan dapati bahwa sebagian besar prinsip-prinsip tersebut berkenaan dengan bagaimana melakukan usaha-usaha pencegahan terhadap timbulnya penyakit. Dan ini sangat sesuai dengan prinsip kesehatan yang sangat terkenal; mengegah lebih baik daripada mengobati.
Bahkan bukan hanya melalui cara-cara yang biasa dilakukan untuk tujuan ini, Rasulullah juga mengajarkan kepada kita cara mencegah penyakit yang bersifat ruhiy-tabbudiy (cara-cara spiritual) yaitu dengan senantiasa membaca doa wirid pagi dan sore yang isinya permohonan agar Allah senantiasa memberi kesehatan badan, pendengaran dan penglihatan kita. Sebab kesehatan adalah karunia yang sangat berarti bagi manusia.
Upaya-upaya pencegahan penyakit seperti yang anjurkan agama, sesungguhnya membuka ruang yang sangat luas terhadap berbagai pilihan-pilihan. Imunisasi adalah salah satu pilihan. Sebab sebagaimana diketahui imunisasi dimaksudkan agar tubuh memiliki kekebalan terhadap jenis-jenis penyakit tertentu. Dengan melakukan cara ini, dimungkinkan seseorang akan kebal terhadap beberapa macam penyakit yang berbahaya. Tujuan imunisasi ini tentu sangat singkron dengan prinsip-prinsip kesehatan di atas dimana Islam menghendaki ummatnya selalu dalam kondisi sehat dan terjauh dari penyakit.
Namun belakangan kita mendengar berita-berita yang kurang menggembirakan tentang pelaksanaan imunisasi yang berdampak buruk terhadap sejumlah anak dan orang dewasa yang diimunisasi. Dan yang lebih mengagetkan lagi, ternyata ada jenis-jenis vaksin tertentu yang bercampur dengan bahan-bahan yang tidak halal dalam proses pembuatannya. Dua hal yang menyalahi prinsip-prinsip kesehatan dalam Islam. Inilah kemudian yang memunculkan beberapa reaksi negatif di masyarakat. Dampaknya adalah keraguan –terutama dari kalangan kaum muslimin- untuk melakukan imunisasi. Bahkan sebagian telah sampai pada kesimpulan bahwa imunisasi haram karena dapat menimbulkan bahaya dan tidak halal.
Sayangnya, sampai sekarang Pemerintah kita belum memberikan tanggapan secara resmi dan serius terhadap keraguan masyarakat di seputar masalah imunisasi . Sehingga menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat tentang pemanfaatan program pemerintah ini. Sebagian menolak dengan alasan berbahaya dan tidak halal, dan sebagian lagi tetap menerima karena belum ada kejelasan tentang halal haramnya dari lembaga yang berwenang, adapun kejadian-kejadian tragis yang menimpa beberapa orang setelah diimunisasi hanya bersifat kasus yang tidak semua orang mengalaminya.
Menyikapi pro kontra yang sekarang berkembang di masyarakat, tentu kita harus lebih arif dan tidak bersikap terburu-buru. Kita sangat berharap ada klarifikasi dari Pemerintah -sebagai pihak yang bertanggung jawab- terkait berita yang berkembang selama ini. Namun sementara kita menunggu, kita tetap harus waspada dan berhati-hati terhadap kemungkinan-kemungkinan datangnya penyakit yang tidak pernah diundang tersebut. Beberapa waktu yang lalu umpamanya, kita dikejutkan dengan berita banyaknya masyarakat kita yang menderita lumpuh layu. Sehingga akhirnya Pemerintah menggalakkan imunisasi Polio di semua wilayah di Indonesia. Sebagaimana prinsip di atas, kita tidak boleh membiarkan penyakit, apalagi jika penyakit tersebut dapat menjadi wabah yang dapat menjangkiti banyak orang.
Memang upaya-upaya pencegahan penyakit seperti yang anjurkan agama, membuka ruang yang sangat luas terhadap berbagai pilihan-pilihan. Imunisasi adalah salah satu pilihan. Tentu saja bagi mereka yang merasa ragu atau menolak untuk menggunakan cara imunisasi/vaksinasi, harus mencari alternatif lain yang dibenarkan untuk melakukan pencegahan-pencegahan terhadap datangnya penyakit. Selama pilihan-pilihan itu dilakukan dengan pemahaman dan pengetahuan yang memadai, maka itu dapat dibenarkan untuk dilakukan.


4. Penutup
“Muslim yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada muslim yang lemah, meskipun pada keduanya ada kebaikan. Jagalah segala yang bermanfaat bagimu. Selalulah mohon pertolongan pada Allah dan jangan engkau lemah. Jika suatu musibah menimpamu, jangan engkau berkata;”..andai saja dulu aku begini, pasti jadinya akan begini dan begitu”, tapi katakanlah; “Sudah menjadi ketentuan Allah, apapun yang Allah mau pasti terjadi” sebab berandai-andai itu membuka pintu perbuatan syaitan” (HR. Muslim)
Hadits di atas secara tersirat menyatakan bahwa jika kita ingin menjadi muslim yang baik dan ingin dicintai Allah maka lakukan upaya-upaya yang menjadikan kita kuat fisik (juga kuat mental, sosial, dan finansial), yang dapat mencegah kita dari serangan penyakit yang dapat menjadikan kita lemah. Inilah pesan yang seharusnya dapat memotivasi kita untuk perduli terhadap kesehatan kita. Islam bukan hanya memerintahkan agar kita menjaga kesehatan, lebih dari itu Islam memberikan penghargaan bagi mereka yang berbuat untuk menjadi kuat, penghargaan itu berupa cinta dari Allah.
Namun demikian untuk memperoleh fisik yang kuat dan sehat, tetap ada rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar. Agar tidak terjadi tujuan menghalalkan cara yang berakibat lemahnya mental kita. Bayangkan jika ada seorang yang sehat dan kuat fisiknya tapi rapuh dan lemah mentalnya tentu akan menjadi problem tersendiri nantinya. Islam berharap kita dapat menyeimbangkan segala kekuatan yang ada, sehingga akan menjadi sebuah potensi yang luar biasa dan dapat memberi manfaat dan kebaikan bagi orang dan lingkungan di sekitar kita.
Akhirnya semoga kita Allah memudahkan jalan bagi kita untuk melaksanakan segenap ajaran agama-nya dan menjadikan kita muslim yang senantiasa dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari semua kejadian. Amin.

Leave a Reply